Bijaksana kah Anda
Bijaksana kah Anda
Memang pendidikan tidak bisa jadi dasar tolak ukur pemikiran seseorang, tidak semua yg pendidikan tinggi seperti sarjana atau pun lulusan dokter sekalian menjamin seseorang mampu berpikir logika dan bersikap bijaksana.. Sikap dan pola pikir yang sebenarnya dibentuk selain dari pendidikan dapat dibentuk berdasarkan pengalaman hidup, dan lingkungan hidup juga...
Kita ambil contoh kecil saja, saat 2 orang ditugaskan mengikuti workshop di hari esok, dimana satu orang lulusan Sarjana IT dan satu orang lagi adalah lulusan profesi kedokteran umum dari Cina,
Jam kegiatan workshop dimulai dari jam 08.00 pagi, si lulusan profesi kedokteran umum dari Cina atau kita sebut si dokter terlebih dahulu sampai ke tempat kegiatan workshop di salah satu hotel yang ada di kota medan, dan kemudian si lulusan sarjana IT atau si IT pun ternyata sudah berangkat dari rumah sekitar jam 7.15 pagi, diperkirakan waktu sampai adalah jam 7.45 menit atau kurang lebih setengah jam,,, saat di perjalanan menuju hotel, si IT kelewatan hotel nya (untuk sampai ke hotel menggunakan aplikasi Waze "lokasi hotel kurang paham"), otomatis si IT akan keliling kembali dengan bantuan bertanya satpam atau orang disekitar, karena JARINGAN Internet di HP si IT nyasar tidak ada (wah... Wah... Wah...." sudah kelewatan alamat, jalan pun satu arah, jaringan tidak ada, "kebayang kan apa yg dirasakan si IT tersebut)... Lalu si IT menghubungi si dokter, untuk menanyakan jalan, tapi si dokter tidak tahu jalan...
Akhirnya si IT pun sampai di depan hotel, dan saat masuk melalui pintu masuk, satpam datang dan mengatakan" maaf bu, khusus parkiran kereta di belakang, si IT bertanya kembali, saya harus jalan darimana pak, ini kan lintas searah, lalu si satpam menjawab "ibu keliling kembali dari lampu merah kemudian lewati lapangan benteng, dan sampai di gedung pengadilan, ibu lurus terus, disana ada gang kecil, ibu masuk aja, itu tempat parkiran kereta hotel ini bu"..
Kebayang gak sih, ini uda jam berapa, uda nyasar, sampai depan hotel, disuruh keliling (apa yg dirasakan si IT tersebut ",,," keliling lagi π‘)
Sesampainya di parkiran kereta, ternyata sudah jam 08.14 dan lgsg menghubungi si dokter, tetapi dokter tersebut tidak mengangkat telepon nya,,, akhirnya si IT mempercepat langkah masuk lift dan bertanya kepada satpam yg ada di pintu parkir, ruangan workshop yg dituju dimana, si satpam menjawab di ruangan 10&11 diantai 2, akhirnya si IT pun naik lift menuju ruangan yg disampaikan satpam tadi, sambil mencari ruangan, ada telepon dari teman si IT dari kantor sambil menunjukkan hasil percakapan dengan si dokter tersebut,
" Bu per, si dokter dah marah tu, ini isi WA dokter itu "jgn sampai kak____ masuk kesini ya, jgn sampe saya marah di depan org".
Sambil mencari ruangan, si IT bertanya kembali kepada panitia yg kebetulan lewat, si panitia tersebut menyuruh si IT untuk turun kembali, dan bilang bahwa ruangan nya ada di 5&6, si IT pun kesana sambil mengirimkan pesan singkat kepada dokter tersebut " Dok, q diruangan 5&6... Dokter dimana... Kata panitia disini ruangan workshop nya",, tidak ada balasan...
Sistem IT sempat masuk dan melihat judul kegiatan workshop berbeda dengan apa yg akan diikuti, akhirnya si IT pun keluar dan menghubungi kembali si dokter, tapi dokter tersebut tidak ada jawaban,,, si IT pun kembali bertanya kepada panitia, dan ternyata ruangan ada di lantai satu,,, KEBAYANG GAK SIH APA YG DIRASAKAN DAN YANG ADA DIBENAK SI IT TERSEBUT π£π π π«". Sambil mencari ruangan, si IT menghubungi si dokter, tapi tetap tidak ada jawaban, akhirnya si IT mengirimkan pesan kepada dokter tersebut "Dok, jangan marah lah, q minta maaf kali,, nyasar q dok.. Ini q uda diruangan, dokter dimana" tetap juga tidak ada jawaban π... "
Sistem IT sempat masuk dan melihat judul kegiatan workshop berbeda dengan apa yg akan diikuti, akhirnya si IT pun keluar dan menghubungi kembali si dokter, tapi dokter tersebut tidak ada jawaban,,, si IT pun kembali bertanya kepada panitia, dan ternyata ruangan ada di lantai satu,,, KEBAYANG GAK SIH APA YG DIRASAKAN DAN YANG ADA DIBENAK SI IT TERSEBUT π£π π π«". Sambil mencari ruangan, si IT menghubungi si dokter, tapi tetap tidak ada jawaban, akhirnya si IT mengirimkan pesan kepada dokter tersebut "Dok, jangan marah lah, q minta maaf kali,, nyasar q dok.. Ini q uda diruangan, dokter dimana" tetap juga tidak ada jawaban π... "
Saat masuk ruangan, si IT tetap disuruh teman sekantor untuk pulang, karena teman yg lainnya sedang menuju hotel untuk ikut workshop ("oh my GOD π―, bedanya apa, kalau teman yg satu lagi datang, tetap aja uda telat, dan si IT sudah ada diruangan, apa iya balik atau keluar lagi setelah apa yg dirasakan pada saat mencari alamat hotel ini???? π€πππ ").
Karena sesak BAK (buang air kecil) si IT ke WC sebentar, setelah kembali, ternyata teman sekantor sudah ada di dalam mengarah bangku si dokter, akhirnya si IT diam, dan ambil tempat duduk yg lain....
Karena sesak BAK (buang air kecil) si IT ke WC sebentar, setelah kembali, ternyata teman sekantor sudah ada di dalam mengarah bangku si dokter, akhirnya si IT diam, dan ambil tempat duduk yg lain....
Trus, yang jadi pertanyaan,
1. Apakah si IT harus pulang setelah kejadian ini?
2. Kenapa harus panggil yg lain datang, maksudnya apa,,, apakah tidak ada kesempatan penjelasan kenapa telat?? (TUHAN saja mendengar keluhan dan semua keluh kesah umatnya)..
3. Bukankah dia datang tetap sudah telat???
4. Bijaksana kah sikap ini????
1. Apakah si IT harus pulang setelah kejadian ini?
2. Kenapa harus panggil yg lain datang, maksudnya apa,,, apakah tidak ada kesempatan penjelasan kenapa telat?? (TUHAN saja mendengar keluhan dan semua keluh kesah umatnya)..
3. Bukankah dia datang tetap sudah telat???
4. Bijaksana kah sikap ini????
Akhirnya, karena sesak dan merasa bingung sendiri, akhirnya si IT mengirimkan pesan singkat kepada Direktur perusahaan (dokter tersebut anak dari direktur perusahaan )
"Selamat pagi pak, maaf mengganggu...
Sebelumnya saya minta maaf karena saya tahu saya salah pak ππΌππΌππΌ.. Hari ini jadwal pelatihan pmkp, lebih ke TKRS, makanya saya dan dokter______ yg ikut workshop______, ... Jadi, memang saya salah, karena saya nyasar pas mau ke hotel_______, jadi agak telat nyampe (8.14 menit)... Saya cari ruangan dok, memang agak lama cari ruangan (panitia nya bolak balik salah kasih tw ruangan, kadang dibilang di ruangan 5&6 yg ternyata adalah ruang pelatihan SPI (saya sempat masuk untuk memastikan kembali) sebelumnya suda saya telp dan sms si dokter memastikan ruangan (tidak ada jawaban)...
Sebelumnya saya minta maaf karena saya tahu saya salah pak ππΌππΌππΌ.. Hari ini jadwal pelatihan pmkp, lebih ke TKRS, makanya saya dan dokter______ yg ikut workshop______, ... Jadi, memang saya salah, karena saya nyasar pas mau ke hotel_______, jadi agak telat nyampe (8.14 menit)... Saya cari ruangan dok, memang agak lama cari ruangan (panitia nya bolak balik salah kasih tw ruangan, kadang dibilang di ruangan 5&6 yg ternyata adalah ruang pelatihan SPI (saya sempat masuk untuk memastikan kembali) sebelumnya suda saya telp dan sms si dokter memastikan ruangan (tidak ada jawaban)...
Ka____ dan_____ telpon saya, katanya dr______ marah karena saya terlambat, saya minta maaf dok, karena bukan sengaja... Berangkat dari rumah saya jam 7.15 menit, seharusnya sudah sampai 7.45 menit, tapi karena nyasar tadi,,, makanya saya terlambat pak... SAYA MINTA MAAF PAK ππΌππΌππΌ
________--
Masukkan atau saran ataupun hasil penilaian dari penulis sendiri tentang kejadian ini (mungkin bisa berbeda dengan pembaca π)
1. Tidak ada yg tahu, baik satu detik, satu menit, maupun sejam kemudian, apa yg akan terjadi... Baiklah cari tahu akar masalah kenapa bisa terjadi.
2. Bila dibaca dan dicermati Kembali kejadian ini, Melihat sikap si dokter, rasanya memang tidak pantas. Bila memang marah, sampaikan lgsg kepada yang bersangkutan, kenapa harus melalui teman lainnya!!!??? π€
3. Bukan kah rasanya aneh, jika memang seseorang tidak bisa menerima orang lain tidak disiplin waktu tidak perduli apapun masalah nya, kenapa harus memanggil orang lain lagi untuk datang, bukankah sama sama telat??? Ini mksdnya apa??? Masih harus dirincikan lagi... Tunjukkan sikap komitmen, iya iya, tidak ya tetap tidak. π
4. Untuk si IT, Sungguh malang nasibmu,... Start sejak kejadian, harus lebih bijaksana lagi, bila tidak tahu alamat, ada solusi seperti naik Grab atau Gojek online, pasti tidak nyasar ππππ
5. Kamu sudah melakukan langkah pertama yang baik dengan mengirimkan pesan singkat mengakui kesalahan atau minta maaf kepada si dokter.
6. Seharusnya secara struktural jabatan dan dari segi masalah yang tidak terlalu besar dan bukan masalah kerja, seharusnya tidak perlu minta maaf kepada direktur perusahaan, tapi karena mengingat si dokter adalah anak direktur perusahaan (kemungkinan si anak juga akan membuat laporan lisan kepada bapaknya yang sekaligus direktur perusahaan), kamu sudah mengambil langkah bijak.
7. So,,, yang terakhir,,, semoga ini tidak berlanjut ya, cukup lapang dada untuk yang seharusnya tidak jadi masalah buat keduanya, berpikir lah bijaksana, bukan logika atau perasaan, karena logika dan perasaan sering salah dan bisa bercampur dengan ego yang menimbulkan hal hal yang tidak baik.
1. Tidak ada yg tahu, baik satu detik, satu menit, maupun sejam kemudian, apa yg akan terjadi... Baiklah cari tahu akar masalah kenapa bisa terjadi.
2. Bila dibaca dan dicermati Kembali kejadian ini, Melihat sikap si dokter, rasanya memang tidak pantas. Bila memang marah, sampaikan lgsg kepada yang bersangkutan, kenapa harus melalui teman lainnya!!!??? π€
3. Bukan kah rasanya aneh, jika memang seseorang tidak bisa menerima orang lain tidak disiplin waktu tidak perduli apapun masalah nya, kenapa harus memanggil orang lain lagi untuk datang, bukankah sama sama telat??? Ini mksdnya apa??? Masih harus dirincikan lagi... Tunjukkan sikap komitmen, iya iya, tidak ya tetap tidak. π
4. Untuk si IT, Sungguh malang nasibmu,... Start sejak kejadian, harus lebih bijaksana lagi, bila tidak tahu alamat, ada solusi seperti naik Grab atau Gojek online, pasti tidak nyasar ππππ
5. Kamu sudah melakukan langkah pertama yang baik dengan mengirimkan pesan singkat mengakui kesalahan atau minta maaf kepada si dokter.
6. Seharusnya secara struktural jabatan dan dari segi masalah yang tidak terlalu besar dan bukan masalah kerja, seharusnya tidak perlu minta maaf kepada direktur perusahaan, tapi karena mengingat si dokter adalah anak direktur perusahaan (kemungkinan si anak juga akan membuat laporan lisan kepada bapaknya yang sekaligus direktur perusahaan), kamu sudah mengambil langkah bijak.
7. So,,, yang terakhir,,, semoga ini tidak berlanjut ya, cukup lapang dada untuk yang seharusnya tidak jadi masalah buat keduanya, berpikir lah bijaksana, bukan logika atau perasaan, karena logika dan perasaan sering salah dan bisa bercampur dengan ego yang menimbulkan hal hal yang tidak baik.
Terima Kasih, semoga ini bermanfaat buat pembaca sekalian πππππ
Komentar
Posting Komentar